Selasa, 30 Juli 2013

Fabel


Beruang tua yang baik hati

            Disebuah hutan, hiduplah seekor beruang tua yang baik hati. Ia tinggal bertetanggaan dengan seekor rubah. Rubah tersebut benci kepada si beruang tua, karena banyak binatang hutan yang menyukai si beruang tua. Itu semua dikarenakan si beruang tua adalah beruang yang ramah, dermawan, dan selalu menolong binatang lain yang kesusahan.
            Suatu hari di hutan tersebut mengadakan perlombaan lari. Bagi pemenangnya akan mendapatkan hadiah yang menarik dari raja hutan.
            Hari yang dinantikan pun tiba. Semua peserta lomba telah siap di tempatnya masing-masing. Diantara para peserta, ada beruang dan rubah. Sementara itu wasitnya adalah tupai.
            Priiiiiiittttt……priiiiittt. Peluit pun ditiup. Semua peserta mulai berlari. Meskipun si beruang itu sudah tua, tapi tenaganya masih kuat, sehingga rubah ketinggalan jauh. Rubah ternyata mempunyai rencana jahat. Diam-diam dia mencari jalan pintas, dan berlari sekencang mungkin. Setelah yakin beruang tertinggal jauh, ia pun melaksanakan rencana jahatnya.
            “ Hehehehehe. Rasakan kau beruang tua. Kau akan kalah. Dan akulah pemenangnya.” Kata rubah itu sambil mengikatkan tali pada sebatang pohon.
            Setelah itu ia bersembunyi dibalik semak-semak, ,menunggu si beruang tua lewat. Tak lama kemudian si beruang tua pun datang dengan berlari. Rubah lalu menarik tali dan….. BUKKK beruang tua pun jatuh tersungkur. Rubah pun keluar dari persembunyiannya.
            “ Hehehehe. Selamat tinggal beruang tua. Kau tidak akan memenangkan lomba ini, karena aku akan mengalahkanmu.” Ujar rubah seraya berlari kencang.
            Sementara iru si beruang tua meringis kesakitan karena kakinya terluka. Namun dia tetap berbesar hati.
            Di tempat lain rubah sedang berlari. Karena terlalu bersemangat, ia tidak melihat ada lubang di depannya. Tak dapat dielakkan lagi rubah pun jatuh ke lubang itu. Ternyata lubang itu cukup dalam sehingga si rubah tak dapat keluar dari lubang itu.
            “ Tolong. Tolong. Tolong. “ Rubah pun berteriak.
            Namun tak ada yang datang. Padahal rubah telah lelah berteriak. Walaupun begitu, ia tetap berusaha untuk berteriak meminta pertolongan.
            Sementara itu dari tempatnya  beruang tua mendengar sayup-sayup suara minta tolong.
            “ Suara apa itu ? seperti suara minta tolong. Aku harus cepat menolongnya.” Ujar beruang tua sambil berjalan tertatih mencari sumber suara itu.
            Setelah berjalan cukup lama, si beruang tua akhirnya menemukan sumber suara itu yang ternyata rubah.
            “ Rubah, kenapa kamu bisa ada di dalam lubang ?” Tanya si beruang tua.
            “ Aku tadi berlari dengan begitu kencang, sehingga tak melihat ada lubang di sini. Beruang tolonglah aku” pinta rubah dengan memelas.
            “ Baiklah kau tunggu sebentar” Kata beruang tua itu.
            Beruang tua mencari tali disekitar tempat itu. Setelah menemukannya, ia kembali ke tempat rubah.
            “ Rubah, peganglah tali ini. Aku akan menarikmu keluar.” Ujar beruang tua seraya mengulurkan tali ke dalam lubang.
            “ Baiklah”. Rubah pun memegang tali itu dengan kuat.
            Beruang menariknya perlahan-lahan. Akhirnya setelah berjuang keras, rubah pun dapat keluar dari lubang.
            “ Humppff, kau tidak apa-apa rubah ? apa ada yang luka ?” Tanya si beruang sambil memeriksa tubuh si rubah.
            “ Aku tidak apa-apa. Hanya kakiku saja yang sedikit terluka” jawab si rubah.
            “ Maafkan aku beruang, aku telah mencelakaimu, padahal kamu selalu baik kepadaku” ujarnya sambil tertunduk.
            “ Tidak apa-apa. Yang penting kamu tidak mengulangi perbuatanmu lagi. Mari ku papah kau, kita harus menyelesaikan perlombaan ini “ ujar beruang sambil memapah si rubah.
            Mereka berduapun berjalan tertatih-tatih. Setelah sampai digaris finish, ternyata para hewan telah menunggu kedatangan mereka.
            “ Hai beruang tua dan rubah, mengapa jalan kalian tertatih ? apa yang terjadi ?” Tanya singa, sang raja hutan itu.
            “ Tidak apa- apa wahai raja. Kami berdua tadi terjatuh dan terluka. Tapi tidak parah” jawab si beruang tua seraya tersenyum.
            “ Tak usah kau tutupi beruang tua. Aku sudah tau semuanya dari kupu-kupu. Aku sungguh kagum dengan kebaikanmu. Sebagai hadiah, ku beri engkau sebuah rumah. Karena aku tahu rumahmu sudah tak layak lagi”.
            “ Terimakasih, wahai raja. Tapi ada satu permintaanku.”
            “ Apa itu ? katakan saja”.
            “ Bolehkah rumah itu aku tempati bersama sahabatku rubah”.
            “ Ternyata kau memang beruang yang baik hati. Terserah padamu, rumah itu boleh kau tempati bersama siapa saja”.
            Beruang pun menoleh ke arah rubah yang langsung disambut oleh senyuman si rubah. Mereka berdua lalu tertawa bersama-sama.
            Sejak saat itu, rubah selalu bersama si beruang tua, melewati hari- hari mereka dengan jalinan persahabatan yang indah.

 February 27th 2010
10.30 WIB Rimbo bujang Tebo.
Al - inayah
           

Jumat, 19 Juli 2013

Puisi


Tentang hidupnya

Dibawah terik sang mentari
Ia berlindung di bawah dedaunan harapan
Mencoba untuk melupakan sejenak kegetiran hidupnya
Mencoba untuk tersenyum, sekedar saja
Hanya sesaat ia tersenyum
Hanya sesaat harapannya bisa bangkit
Semua hilang tertampar kenyataan
Semua lenyap terhapus deru kehidupan
Dan ia tersadar bahwa hidup bukanlah mimpi
Bahwa hidup adalah nyata
Dan bahwa hidupnya harus terus berjalan

Jambi, 2 Maret 2012