Beruang tua yang baik hati
Disebuah hutan, hiduplah seekor
beruang tua yang baik hati. Ia tinggal bertetanggaan dengan seekor rubah. Rubah
tersebut benci kepada si beruang tua, karena banyak binatang hutan yang
menyukai si beruang tua. Itu semua dikarenakan si beruang tua adalah beruang
yang ramah, dermawan, dan selalu menolong binatang lain yang kesusahan.
Suatu hari di hutan tersebut
mengadakan perlombaan lari. Bagi pemenangnya akan mendapatkan hadiah yang
menarik dari raja hutan.
Hari yang dinantikan pun tiba. Semua
peserta lomba telah siap di tempatnya masing-masing. Diantara para peserta, ada
beruang dan rubah. Sementara itu wasitnya adalah tupai.
Priiiiiiittttt……priiiiittt. Peluit
pun ditiup. Semua peserta mulai berlari. Meskipun si beruang itu sudah tua,
tapi tenaganya masih kuat, sehingga rubah ketinggalan jauh. Rubah ternyata
mempunyai rencana jahat. Diam-diam dia mencari jalan pintas, dan berlari
sekencang mungkin. Setelah yakin beruang tertinggal jauh, ia pun melaksanakan
rencana jahatnya.
“ Hehehehehe. Rasakan kau beruang
tua. Kau akan kalah. Dan akulah pemenangnya.” Kata rubah itu sambil mengikatkan
tali pada sebatang pohon.
Setelah itu ia bersembunyi dibalik
semak-semak, ,menunggu si beruang tua lewat. Tak lama kemudian si beruang tua
pun datang dengan berlari. Rubah lalu menarik tali dan….. BUKKK beruang tua pun
jatuh tersungkur. Rubah pun keluar dari persembunyiannya.
“ Hehehehe. Selamat tinggal beruang
tua. Kau tidak akan memenangkan lomba ini, karena aku akan mengalahkanmu.” Ujar
rubah seraya berlari kencang.
Sementara iru si beruang tua
meringis kesakitan karena kakinya terluka. Namun dia tetap berbesar hati.
Di tempat lain rubah sedang berlari.
Karena terlalu bersemangat, ia tidak melihat ada lubang di depannya. Tak dapat dielakkan
lagi rubah pun jatuh ke lubang itu. Ternyata lubang itu cukup dalam sehingga si
rubah tak dapat keluar dari lubang itu.
“ Tolong. Tolong. Tolong. “ Rubah
pun berteriak.
Namun tak ada yang datang. Padahal
rubah telah lelah berteriak. Walaupun begitu, ia tetap berusaha untuk berteriak
meminta pertolongan.
Sementara itu dari tempatnya beruang tua mendengar sayup-sayup suara minta
tolong.
“ Suara apa itu ? seperti suara
minta tolong. Aku harus cepat menolongnya.” Ujar beruang tua sambil berjalan
tertatih mencari sumber suara itu.
Setelah berjalan cukup lama, si
beruang tua akhirnya menemukan sumber suara itu yang ternyata rubah.
“ Rubah, kenapa kamu bisa ada di
dalam lubang ?” Tanya si beruang tua.
“ Aku tadi berlari dengan begitu
kencang, sehingga tak melihat ada lubang di sini. Beruang tolonglah aku” pinta
rubah dengan memelas.
“ Baiklah kau tunggu sebentar” Kata
beruang tua itu.
Beruang tua mencari tali disekitar
tempat itu. Setelah menemukannya, ia kembali ke tempat rubah.
“ Rubah, peganglah tali ini. Aku
akan menarikmu keluar.” Ujar beruang tua seraya mengulurkan tali ke dalam
lubang.
“ Baiklah”. Rubah pun memegang tali
itu dengan kuat.
Beruang menariknya perlahan-lahan.
Akhirnya setelah berjuang keras, rubah pun dapat keluar dari lubang.
“ Humppff, kau tidak apa-apa rubah ?
apa ada yang luka ?” Tanya si beruang sambil memeriksa tubuh si rubah.
“ Aku tidak apa-apa. Hanya kakiku
saja yang sedikit terluka” jawab si rubah.
“ Maafkan aku beruang, aku telah
mencelakaimu, padahal kamu selalu baik kepadaku” ujarnya sambil tertunduk.
“ Tidak apa-apa. Yang penting kamu
tidak mengulangi perbuatanmu lagi. Mari ku papah kau, kita harus menyelesaikan
perlombaan ini “ ujar beruang sambil memapah si rubah.
Mereka berduapun berjalan
tertatih-tatih. Setelah sampai digaris finish, ternyata para hewan telah
menunggu kedatangan mereka.
“ Hai beruang tua dan rubah, mengapa
jalan kalian tertatih ? apa yang terjadi ?” Tanya singa, sang raja hutan itu.
“ Tidak apa- apa wahai raja. Kami
berdua tadi terjatuh dan terluka. Tapi tidak parah” jawab si beruang tua seraya
tersenyum.
“ Tak usah kau tutupi beruang tua.
Aku sudah tau semuanya dari kupu-kupu. Aku sungguh kagum dengan kebaikanmu.
Sebagai hadiah, ku beri engkau sebuah rumah. Karena aku tahu rumahmu sudah tak
layak lagi”.
“ Terimakasih, wahai raja. Tapi ada
satu permintaanku.”
“ Apa itu ? katakan saja”.
“ Bolehkah rumah itu aku tempati
bersama sahabatku rubah”.
“ Ternyata kau memang beruang yang
baik hati. Terserah padamu, rumah itu boleh kau tempati bersama siapa saja”.
Beruang pun menoleh ke arah rubah
yang langsung disambut oleh senyuman si rubah. Mereka berdua lalu tertawa
bersama-sama.
Sejak saat itu, rubah selalu bersama
si beruang tua, melewati hari- hari mereka dengan jalinan persahabatan yang
indah.
February 27th 2010
10.30
WIB Rimbo bujang Tebo.
Al
- inayah